BAB I
KONSEP DASAR
A. Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDs) adalah suatu penyakit yang disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh.
B. Etiologi
Penyebab penyakit AIDs adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.
HIV teridentifikasi ada dalam kolostrum dan ASI, menyebabkan infeksi kronis pada bayi dan anak.
Infeksi yang ditularkan ibu ini akan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga anak mudah terkena infeksi berulang, seperti infeksi saluran cerna, infeksi jamur, infeksi tuberkulosis,dsb sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu
C. Tanda dan Gejala
Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah:
Gangguan tumbuh kembang
Kandidiasis oral
Diare kronis
Hepatosplenomegali (pembesaran hepar dan lien)
Anak dengan HIVsering datang berobat karena infeksi diare berulang, infeksi jamur di mulut, tuberkulosis dengan gizi kurang, atau bahkan sampai gizi buruk
D. Penularan
Tanpa intervensi yang baik, penularan HIV dari bayi kepada bayinya dapat melalui:
•Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)(5-10 %)
•Selama persalinan (intrapartum)(10-20 %)
•Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (postpartum)
•Bayi tertular melalui pemberian ASI
Sebagian besar (90%), infeksi HIV pada bayi disebabkan penularan dari ibu, hanya sekitar 10% yang terjadi karena proses tranfusi.
E. Faktor risiko
Dari cara penularan tersebut di atas maka faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah,
1. bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual,
2. bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti,
3. bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena,
4. bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang,
5. anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan salah seksual), dan
6.anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.
F. Pathway
Fase I
virion HIV–>sel dendrit–>kelenjar getah bening–>jaringan limfoid–>virema & sindrom HIV akut–>ke seluruh tubuh–>respon imun adaptif–>virema berkurang.
Fase II
replikasi HIV & destruksi sel –> penghancuran sel T CD4+ –> fase kronik progresif
Fase III
infeksi–> respon imun–>peningkatan produksi HIV–>AIDs–>distruksi seluruh jaringan limfoid perifer, penurunan jumlah sel T CD4, virema HIV meningkat –> infeksi oportunistik, neoplasma, gagal ginjal, degenerasi SSP
G. Pencegahan
Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :
1.Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.
2.Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.
3.Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI
Untuk mengurangi resiko penularan, ibu dengan HIV positif bisa memberikan susu formula pengganti ASI, kepada bayinya. Namun, pemberian susu formula harus sesuai dengan persyaratan AFASS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu Acceptable = mudah diterima, Feasible = mudah dilakukan, Affordable = harga terjangkau, Sustainable = berkelanjutan, dan Safe = aman penggunaannya
Pada daerah tertentu di mana pemberian susu formula tidak memenuhi persyaratan AFASS, ibu HIV positif harus mendapatkan konseling jika memilih untuk memberikan ASI eksklusif.
H. Penatalaksanaan
Asuhan ibu : ikuti panduan Center for Disease Control (CDC) untuk profilaksis antiretrovirus gestasional
Asuhan bayi : dengan pemberian obat-obat ARV, maka daya tahan tubuh anak dapat meningkat dan mereka dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal lainnya.
I. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan assay antibodi dapat mendeteksi antibodi terhadap HIV. Tetapi karena antibodi anti HIV maternal ditransfer secara pasif selama kehamilan dan dapat dideteksi hingga usia anak 18 bulan, maka adanya hasil antibodi yang positif pada anak kurang dari 18 bulan tidak serta merta menjadikan seorang anak pasti terinfeksi HIV. Karenanya diperlukan uji laboratorik yang mampu mendeteksi virus atau komponennya seperti:
assay untuk mendeteksi DNA HIV dari plasma
assay untuk mendeteksi RNA HIV dari plasma
assay untuk mendeteksi antigen p24 Immune Complex Dissociated (ICD)
Teknologi uji virologi masih dianggap mahal dan kompleks untuk negara berkembang. Real time PCR(RT-PCR) mampu mendeteksi RNA dan DNA HIV, dan saat ini sudah dipasarkan dengan harga yang jauh lebih murah dari sebelumnya. Assay ICD p24 yang sudah dikembangkan hingga generasi keempat masih dapat dipergunakan secara terbatas. Evaluasi dan pemantauan kualitas uji laboratorium harus terus dilakukan untuk kepastian program. Selain sampel darah lengkap (whole blood) yang sulit diambil pada bayi kecil, saat ini juga telah dikembangkan di negara tertentu penggunaan dried blood spots (DBS) pada kertas saring tertentu untuk uji DNA maupun RNA HIV. Tetapi uji ini belum dipergunakan secara luas, masih terbatas pada penelitian.
Meskipun uji deteksi antibodi tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis definitif HIV pada anak yang berumur kurang dari 18 bulan, antibodi HIV dapat digunakan untuk mengeksklusi infeksi HIV, paling dini pada usia 9 sampai 12 bulan pada bayi yang tidak mendapat ASI atau yang sudah dihentikan pemberian ASI sekurang-kurangnya 6 minggu sebelum dilakukannya uji antibodi. Dasarnya adalah antibodi maternal akan sudah menghilang dari tubuh anak pada usia 12 bulan.
Pada anak yang berumur lebih dari 18 bulan uji antibodi termasuk uji cepat (rapid test) dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV sama seperti orang dewasa.
Pemeriksaan laboratorium lain bersifat melengkapi informasi dan membantu dalam penentuan stadium serta pemilihan obat ARV. Pada pemeriksaan darah tepi dapat dijumpai anemia, leukositopenia, limfopenia, dan trombositopenia. Hal ini dapat disebabkan oleh efek langsung HIV pada sel asal, adanya pembentukan autoantibodi terhadap sel asal, atau akibat infeksi oportunistik.
Jumlah limfosit CD4 menurun dan CD8 meningkat sehingga rasio CD4/CD8 menurun. Fungsi sel T menurun, dapat dilihat dari menurunnya respons proliferatif sel T terhadap antigen atau mitogen. Secara in vivo, menurunnya fungsi sel T ini dapat pula dilihat dari adanya anergi kulit terhadap antigen yang menimbulkan hipersensitivitas tipe lambat. Kadar imunoglobulin meningkat secara poliklonal. Tetapi meskipun terdapat hipergamaglobulinemia, respons antibodi spesifik terhadap antigen baru, seperti respons terhadap vaksinasi difteri, tetanus, atau hepatitis B menurun.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan factor resiko yang potensial, termasuk praktek seksual, dan penggunaan obat bius (IV). Status fisik dan psikologi klien harus dinilai. Fokus pengkajian meliputi status nutrisi, kulit dan membran mukosa, status respiratorius, status cairan dan elektrolit, dan tingkat pengetahuan, interaksi sosial
II. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Infeksi b.d peningkatan kerentanan sekunder akibat perlemahan sistem imun
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan pencernaan
3. Kelelahan b.d defisiensi nutrisi
4. Isolasi Sosial b.d penyakit
III. Rencana Keperawatan
Risiko Infeksi b.d peningkatan kerentanan sekunder akibat perlemahan sistem imun
Tujuan:
Ibu klien dapat mengetahui risiko infeksi,
dapat memonitor faktor risiko yang ada di sekitar,
menunjukkan kemampuan untuk mencegah terjadinya infeksi,
klien memiliki sistem imun yang adekuat.
Intervensi :
- Berikan informasi risiko infeksi apa saja yang dapat muncul
Rasional :
Agar ibu klien mengetahui resiko onfeksi yang muncul dan dapat mencegahnya sebelum terjadi
- Ajarkan lifestyle yang sehat
Rasional :
Untuk mencegah dan mengurangi penularan infeksi
- Instruksikan untuk menjaga hygiene, baik bagi untuk ibu maupun bayi
Rasional :
Untuk melindungi tubuh ibu dan bayi terhadap infeksi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan pencernaan
Tujuan : nutrisi tubuh tercukupi sesuai dengan kebutuhan
Intervensi :
- Anjurkan agar intake nutrisi klien ditingkatkan
Rasional :
Untuk meningkatkan sistem imun ibu dan bayi
- Anjurkan agar asupan protein dan vitamin C klien ditingkatkan
Rasional :
Untuk meningkatkan system imun bayi
- Berikan informasi pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi
Rasional :
Dengan adekuatnya nutrisi, dapat mencegah, atau mengurangi terpajannya infeksi
- Monitor pemberian ASI atau susu formula
Rasional :
ASI merupakan salah satu media penularan HIV dari ibu ke bayi
Kelelahan b.d defisiensi nutrisi
Tujuan :
klien mampu meminimalisir kelelahan,
menjaga daya tahan tubuh,
mempertahankan nutrisi yang adekuat dengan bantuan ibu.
Intervensi :
- Kaji faktor yang menyebabkan kelelahan
Rasional :
Agar mengetahui intervensi yang akan diterapkan
- Kurangi ketidaknyamanan fisik
Rasional :
Pasien bisa istirahat dengan optimal
- Tingkatkan tirah baring
Rasional :
Mengurangi aktivitas
- Monitor pola dan jumlah tidur
Rasional :
Memudahkan perawat dalam mengetahui sejauh mana tingkat ketidaknyamanan
- Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Rasional :
Dengan nutrisi yang adekuat, pasien akan mendapat energi yang cukup untuk melakukan aktivitas
- Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian untuk makanan yang ideal bagi klien
Rasional :
Agar klien nafsu makannya meningkat dan bisa membantu beraktifitas
Isolasi Sosial b.d penyakit
Tujuan : ibu tidak merasa diasingkan, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat
Intervensi :
- Anjurkan klien (ibu) untuk mengekspresikan perasaan terisolasi, kesepiannya
Rasional :
Untuk membantu ibu dalam mengeluarkan semua unek-uneknya karena penyakitnya
- Jelaskan bahwa semua perasaan terisolasi merupakan hal yang lazim terjadi
Rasional :
Untuk meningkatkan harga diri ibu
- Berikan informasi tentang cara melindungi diri sendiri
Rasional :
Agar ibu mengetahui cara untuk melindungi dirinya dan mencegah penularan infeksi pada bayi
- Menjelaskan kepada ibu, keluarga dan kerabatnya, bahwa HIV tidak menular melalui kontak biasa
Rasional :
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu, keluarga, dan kerabatnya
- Jelaskan pada ibu bahwa penyakit nya tidak akan menular pada bayi bila dilakukan terapi-terapi yang telah dianjurkan
Rasional :
Menguatkan ibu bahwa penyakitnya tidak akan menular pada bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar